Untukmu Wanita

10 Maret 2019
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Perkenalkan.
Aku seorang wanita, panggil saja aku Bulan. Dari kisah yang aku alami hingga
saat ini, aku belajar, bahwa segala sesuatu di dunia tidak ada yang abadi dan
semua sudah diatur oleh dzat yang maha Agung.
Singkat
cerita, aku adalah seorang pelajar. Aku sudah mulai mengenal cinta sejak aku
masih duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya, kupikir cinta itu begitu indah,
seperti kisah di film romantis yang mengisahkan pemeran utama menjalin cinta
dengan kekasihnya, bergandeng tangan, berjalan bersama, menikmati semua waktu
bersama.
Aku
pernah berpacaran sewaktu sekolah dasar dengan teman sekolah dasarku. Kisah kita
memang belum begitu bermakna. Namun, dari situ aku mulai belajar apa arti pacar
untuk anak seusiaku dulu. Zaman SD, belum banyak kenangan manisku dengan dia. Hanya
layaknya teman, namun spesial. Darinya, aku pertama kali disebut sayang. Indah rasanya, ketika aku
melihat dia, subhanallah deg – degannya! Namun, jika ingin mengajaknya
berbicara, rasanya sangat canggung. Kami pun berkomunikasi melalui SMS. Ya,
zaman SD aku belum mengenal sosial media seperti sekarang. SMS kami pun, masih
seperti seorang anak kecil, ya bisa dibilang alay hehe..
Saat
itu, aku dan dia kelas 6 SD, detik – detik akan melaksanakan Ujian Nasional. Kami
pun sepakat untuk menghentikan sementara hubungan kami / break. Waktu berjalan, akhirnya kami pun telah usai melaksanakan
Ujian Nasional. Namun, tiba – tiba dia tidak bisa dihubungi sementara, kami
jarang bisa bertemu karena liburan yang panjang.
Waktu
penerimaan siswa baru SMP, aku mendaftarkan diriku di salah satu SMP di
daerahku. Ternyata, dia juga mendaftarkan dirinya di SMP yang sama denganku. Alangkah
senangnya aku bisa satu sekolah dengan dia. Tapi, semua anganku ternyata tak
seindah itu. Ia seakan – akan sudah tidak mengenalku lagi. Apa daya, kuanggap
kisah kita telah usai. Hari demi hari berlalu, aku melepas kejombloanku dengan
teman kelasku SMP. Ya, kita tidak bertahan lamaJ ah sudahlah. Kemudian, aku tidak
terlalu memikirkan cinta dihidupku. Aku fokus untuk naik kelas 8. Awal kelas 8,
kisah cintaku dimulai kembali. –
Entah
kenal darimana, asal usulnya apa, aku bisa menjalin hubungan pacaran dengan dia. Kupikir, dia sama saja, seperti
mantan – mantanku yang telah lalu. Namun, kita bisa bertahan lama. Dia salah
satu lelaki yang berbeda dari yang lain. Dia bisa menuntunku ke jalan Allah. Dia
bisa membuatku istiqomah. Dia bisa merubah penampilanku yang dulunya masih
membuka aurat, menjadi malu untuk menampakkannya walaupun sedikit. Ya, aku
telah yakin dengannya. Itulah pertama kali aku mengenalkan dia kepada ibuku. Ibuku
sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri. Aku juga tidak tau, mengapa ibu
bisa seperti itu padanya.
Dia
selalu membuatku tertawa, menghibur kala sedih. Aku bercerita tentang segalanya
aku padanya. Dia bisa memahami sifat kekanakanku, dia mampu mengerti yang aku
rasa meski aku tak pernah mengatakan sebelumnya. Dia baik. Dia penyayang. Dia lembut.
Banyak kenangan sudah kita lalui. Pergi bersama, shalat berjamaah, berfoto
bersama, memeluk dia, bergandengan tangan, melihat dia senyum karenaku, melihat
dia ngambek lalu kugoda, melihat dia sukses. Aku merindukan hal itu L Namun, akhir – akhir itu, sering dia kasar. Namun aku
tetap yakin bahwa dia tetap dia yang dulu. Aku tak hentinya berharap bahwa dia
adalah jodohku.
Namun,
aku salah. Aku terlalu berharap tentang segala masa depanku padanya. Aku lalai
teman, lupa Allah lupa segalanya. Aku terlalu yakin dengannya melebihi
keyakinanku terhadap agamaku sendiri. Entah kenapa, hanya karena masalah kecil,
ia ingin pergi dan mengakhiri semuanya. Awalnya, aku sangat down. Aku sangat menyayangi dia,
mencintai dia. Aku enggan untuk berpisah dengan dia. Namun, ia tetap ingin
menyudahi semua. Aku menyesal. Sungguh -
Dari
perpisahan itu, aku belajar, bahwa Allah sebenarnya cemburu dengan kedekatanku.
Namun, aku tak pernah merasa dicemburui oleh Allah. Aku tetap saja melakukan
zina dengan berhubungan dengannya. Malunya aku, ketika aku melupakan Allah,
Allah tetap menyayangiku. Aku mencoba untuk mendekatkan diriku dengan Allah
kembali, aku ingin memperbaiki semua yang telah aku lakukan dulu. Aku benar –
benar menyesal. Allah yang maha membolak – balikkan hati manusia. Allah segalanya.
Aku
hanya bisa menangis, ternyata berharap kepada manusia, sakitnya beribu – ribu hebatnya.
Sekarang, aku hanya bisa menyesali semua perbuatanku dulu. Mengapa aku harus
mengenalnya dan membuatku lupa dengan Allah jika akhirnya kita dipisahkan. Aku malu
dengan diriku sendiri, malu dihadapan Allah, dihadapan orang tuaku, di depan
teman – temanku. Aku sangat menyesal. Andai waktu bisa diulang, aku tidak akan
pernah untuk mencoba menjalin hubungan diluar akad.
Untuk
kalian yang masih pelajar, yang lebih memilih sendiri, mari bersama untuk
memperjuangkan harga diri kita dengan tidak menjalin hubungan di luar akad. Yakinlah,
bahwa Allah telah mengatur jodoh kita. Bukan saat ini, belum saatnya. Kita masih
seorang pelajar. Kewajiban kita adalah belajar dengan sungguh – sungguh dan
berdoa agar masa depan kita bisa terbuka lebar dan cerah.
Untuk
kalian yang sedang menjalin hubungan, sudahilah. Sungguh, Allah telah melarang
umatnya untuk menjalin hubungan di luar akad. Memang, pacaran tidak selalu
zina. Namun, zina berawal dari pacaran.
Wanita
yang dirayu oleh lelaki dan mau diajak pacaran, maka ia telah menyerahkan harga
dirinya pada seseorang yang salah.
Aku
bukanlah orang yang mengerti tentang agama. Yang pandai tentang urusan cinta. Namun
dari pengalaman pahitku, kuharap wanita.
diluar
sana tidak ada yang mengalami hal pahit yang sama sepertiku dulu. semoga, dengan
tulisanku ini dapat membuka hati kalian untuk terus berjalan di jalan Allah.
Akhir
kata, aku mohon maaf bila ada salah kata atau membuat pembaca tidak berkenan. Terima
kasih.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
#2019antipacaran
#pacaranharam #antipacaran #pacaranzina #ALLAHSWT #hargadiriwanita